QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies

7

Authors: Bobby Kurnia Putrawan

The Pentecostal Church was originally thought to be a movement. It is said to be a movement, because at first the Pentecostal church emphasized life experiences. Seeing this, the theologians say that the Pentecostal church does not have a theology which is, how theology is christian, logical, and systematic. In later developments, the Pentecostal church was accepted among denominations of Christian churches in general and standardized the doctrines of the Pentecostal church in the form of Pentecostal theology. So that Pentecostal theology can be taught and studied by Pentecostal people and denominations of non-Pentecostal churches. In this article, the author brings up some of the core thoughts of Pentecostal theology, namely the Bible, the living and true God, salvation, baptism, tongues, holy communion, holiness of life and holistic behavior, divine healing, eschatology, church, and worship and liturgy. Gereja Pantekosta pada awalnya dianggap adalah suatu gerakan. Dikatakan gerakan, karena pada awalnya gereja Pantekosta menekankan pada pengalaman hidup. Melihat hal ini, sebagai teolog mengatakan bahwa gereja Pantekosta tidak memiliki teologi yang yang, bagaimana teologi itu kristis, logis, dan tersistematis. Dalam perkembangan kemudian, gereja Pantekosta diterima di kalangan denominasi gereja-gereja Kristen pada umumnya dan membakukan doktrin-doktrin gereja Pantekosta dalam bentuk teologi Pantekosta. Sehingga teologi Pantekosta dapat diajarkan dan dipelajari oleh kalangan umat Pantekosta dan denominasi gereja-gereja non-Pantekosta. Dalam artikel ini, penulis mengangkat beberapa pemikiran inti dari teologi Pantekosta, yaitu Alkitab, Allah yang hidup dan benar, keselamatan, baptisan, bahasa lidah, perjamuan kudus, kesucian hidup dan perilaku yang menyeluruh, kesembuhan ilahi, eskatologis, gereja, serta ibadah dan liturgi.

15

Authors: Edim Bahabol

This article aims to describe the plurality of religions in the Christian view and how they are implicated in Christian Religious Education. The method used is quantitative description, where the authors collect material from various sources of writing that relate to religious plurality and Christian views view it. The result of this writing is the discovery of the first theocentric approach, namely religions that exist in a shared environment and life that all come from one common root or ancestor, and from the same God. Second, christocentric, which prioritizes the discussion of the relationship of Christianity with plurality or other religions by highlighting Jesus as a measure. The implication is first the curriculum and specifically the material or teaching material needs to be adapted to the context. Second, the speakers as resource persons, whoever they are, who are involved in the teaching of PAK, need to have at least adequate knowledge, insights and skills about the condition of plural religious communities and pluralism into general principles and characters. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan pluralitas agama dalam pandangan Kristen serta bagaimana implikasinya bagi Pendidikan Agama Kristen. Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskripsi, dimana penulis mengumpulkan materi dari pelbagai sumber penulisan yang berhubungan dengan pluralitas agama dan pandangan-pandangan Kristen memandangnya. Hasil dari penulisan ini adalah ditemukannya pendekatan pertama teosentris, yaitu agama-agama yang ada berada pada satu lingkungan dan kehidupan bersama yang semuanya berasal dari satu akar atau leluhur bersama, dan dari Tuhan yang sama. Kedua, kristosentris, yang mengutamakan pembahasan hubungan kekristenan dengan pluralitas atau agama-agama lain dengan menonjolkan Yesus sebagai ukuran. Implikasinya adalah pertama kurikulum dan khususnya materi atau bahan ajar perlu disesuaikan dengan konteks tersebut. Kedua, para naradidik sebagai narasumber, siapapun mereka, yang terlibat dalam pengajaran PAK, perlu memiliki pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang minimal memadai tentang kondisi plural agama masyarakat dan pluralisme menjadi prinsip dan karakter umum.

29

Authors: Sutrisno, Christiani Hutabarat

A positive relationship between parental assistance and playmates with children's social development which includes two dimensions, namely attitudes and behavior. Attitude is a tendency to react to people, institutions, or events both positively and negatively and behavior can be broadly defined, that is, everything that is done or experienced by a person and narrowly is behavior that includes reactions that can be observed in general or objectively observable. Hubungan yang positif antara pendampingan orangtua dan teman bermain dengan perkembangan sosial anak yang meliputi dua dimensi, yaitu sikap dan perilaku. Sikap adalah kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang, institusi, atau kejadian baik secara positif maupun negatif dan perilaku dapat didefiniskan secara luas yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang dan secara sempit adalah tingkah laku yang mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif.