25-43
WACANA RAKSASA RAHWANA DASAMUKA DALAM DIBAWAH BENDERA REVOLUSI
Authors: Edy Subali; Enie Hendrajati
Number of views: 509
Artikel ini berjudul Wacana Raksasa Rahwana Dasamuka dalam
“Dibawah Bendera Revolusi“. Bung Karno adalah presiden pertama
Republik Indonesia yang produktif menulis atau mengarang. Bahasa
yang dimanfaatkan dalam karangannya terikat konteks. Kata dan gaya
bahasa yang digunakan dalam karangannya merupakan wujud aksi dan
reaksi terhadap konteks kondisi sosial, ekonomi dan politik yang
memprihatinkan sebagai akibat sistem ekonomi kapitalis yang dijalankan
penguasa asing-Belanda.
Artikel ini bertujuan memberikan paparan faktual, obyektif dan ilmiah
tentang “pemikiran, sikap dan gaya” Bung Karno dalam membahasakan
raksasa Rahwana Dasamuka (selanjutnya disingkat RRD) dalam tulisantulisannya.
Sampel yang dijadikan wilayah perburuan untuk memotret
gaya membahasakan wacana RRD adalah teks-teks buah pikiran Bung
Karno yang dikumpulkan menjadi satu buku dengan judul “Dibawah
Bendera Revolusi“ (DBR). Tulisan Bung Karno yang terhimpun dalam
buku DBR berbentuk retorika persuasif. Wacana yang dimanfaatkan
sebagai senjata persuasif antara lain adalah wacana RRD, simbol
Kapitalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme-Imperialisme. Wacana RRD
digelar untuk membangun resistensi terhadap penjajah, yaitu
pemerintahan asing-Belanda di Indonesia ketika itu.
Jenis kata yang dimanfaatkan untuk menghidupkan wacana RRD adalah
kata benda, kata kerja, kata sifat, kata seru, kata bilangan dan kata ganti
orang. Kata-kata yang berjenis apa pun dan dari ragam, bidang serta
bahasa mana pun, selama fungsional-produktif untuk membangun
struktur wacana (sistem makna atau cara pandang yang diinginkan)
RRD cenderung dimanfaatkannya.
Dalam wacana RRD, Bung Karno dominan memanfaatkan metafor,
seperti personifikasi, ironi, sinisme dan sarkasme. Gaya bahasa
hiperpola, repetisi, erotesis dan antitesis pun dimanfaatkannya. Semua
gaya bahasa tersebut dimanfaatkan untuk membangun struktur wacana
Raksasa Rahwana Dasamuka. simbol kejahatan dan keserakahan yang
harus ditumpas. Dengan pilihan kata dan gaya bahasa tersebut, Bung
Karno seperti menyediakan cara membaca, dan cara menyikapi RRD
sebagai jelmaan kapitalis-imperialis. Pikiran, sikap dan perilaku gemas,
dongkol dan garang pembaca seperti dibentuk dan dirahkan ke “buto”
Raksasa Rahwana Dasamuka simbol keserakahan dan kejahatan.