11-20
Perkembangan Islam di Kesultanan Banjarmasin
Authors: Ita Syamtasiyah Ahyat
Number of views: 569
RESUME: Kesultanan Banjarmasin merupakan kelanjutan dari kerajaan Hindu sebelumnya, yakni Negara Dipa dan Negara Daha. Bermula dari perkampungan orang-orang Melayu, kemudian menjadi pelabuhan yang dilalui oleh para pedagang Muslim dalam pelayarannya untuk mendapatkan rempah-rempah dan lainnya, kesultanan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan penting di Kalimantan Selatan. Kesultanan Banjarmasin berdiri pada awal abad ke-16 M dengan nama ibukota yang sama dan terletak di muara Sungai Barito. Banjarmasin, selain sebagai kota pelabuhan, juga merupakan ibu kota kerajaan, keraton, dan kompleks pemukiman, sehingga pantaslah Banjarmasin disebut suatu “kota”. Kesultanan Banjarmasin dengan pemerintahan Pangeran Samudra, yang bergelar “Sultan Suryanullah”, misalnya, merupakan penguasa Islam pertama di Kalimantan Selatan, yang terjadi pada masa awal abad ke-16, dan di-Islam-kan oleh Penghulu dari kesultanan Demak di Jawa Tengah. Kesultanan Banjarmasin mempunyai daerah kekuasaan, yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Negara Daha. Daerah kekuasaan kesultanan Banjarmasin selanjutnya, yakni pada masa pemerintahan Pangeran Suryanata, sebagaimana diceritakan oleh “Hikayat Banjar” dan “Hikayat Lembu Mangkurat”, adalah negara/kota/ daerah seperti Kutai, Berau, Karasikan, Lawai, dan Sambas. Perkembangan kesultanan ini bersamaan dengan penyebaran Islam, sehingga Islam sangat mewarnai corak kesultanan dalam hal budaya, sosial, politik, dan juga ekonomi. Islam, dengan kata lain, telah melahirkan suatu peradaban yang khas di kesultanan Banjarnasin.
KATA KUNCI: Kesultanan Banjarmasin, pedagang Muslim, kesultanan Demak, penyebaran Islam, dan peradaban Islam di Kalimantan Selatan.
ABSTRACT: “The Development of Islam in Banjarmasin Sultanate”. The sultanate of Banjarmasin is a continuation of the previous Hindu kingdoms, the Dipa State and Daha State. It began as the settlements of the Malays, then a port for Muslim traders in getting spices and other com¬modities, the sultanate developed into an important kingdom in South Kali¬mantan. Banjarmasin sultanate was established at the beginning of the 16th century with its capital of the same name and was located at the mouth of the Barito River. Banjarmasin, beside as a port city, is also a capital of the kingdom, the palace, and a residential complex, so it is worth Banjarmasin called a "city". Sultanate of Banjarmasin with the reign of Prince Samudra, with the title "Sultan Suryanullah", for example, is the first Islamic rulers in South Kalimantan, which occurred in the early 16th century, and being Islamized by the “Penghulu” (Muslim leader) from Demak sultanate in Central Java. The Banjarmasin sultanate has a territory, which was a continuation of the kingdom of Daha State. The next Banjarmasin sultanate territory, namely during the reign of Prince Suryanata, as told by the “Tale of Banjar” and “Tale of Lambung Mangkurat”, is a state / city / country like Kutai, Berau, Karasikan, Lawai, and Sambas. The development of the sultanate along with the spread of Islam in the area, so that it has made Islam highly influenced the cultural, social, political, and eco¬nomic lives of the sultanate. Islam, in other words, has brought about a typical civilization of Banjarmasin sultanate.
KEY WORD: Banjarmasin sultanate, Muslim traders, Demak sultanate, spreading of Islam, and Islamic civilization in South Kalimantan.